Emansipasi semakin digaungkan oleh kaum perempuan muda, kini tidak ada lagi perbedaan antara lelaki dan perempuan khususnya dalam menuntut ilmu, tidak ada lagi kata bahwa perempuan tidak boleh bersekolah tinggi. Bisa dibilang perempuan di era sekarang ini adalah sosok yang diimpikan Kartini muda pada masanya.
Maka bersyukurlah kita, para perempuan di era global ini dapat mendapatkan hak yang sama, baik untuk menuntut ilmu, berkarya dan hal lainnya. R.A. Kartini adalah salah satu perempuan yang menjadi tonggak sejarah Indonesia, pahlawan bagi kaum perempuan.
Sejak dahulu, pendidikan telah menjadi sesuatu hal yang penting dalam kehidupan. Dan inilah saatnya bagi kaum perempuan muda Indonesia, untuk melanjutkan perjuangan R.A. Kartini, dengan gaya dan cara kita masing-masing, salah satunya dengan menjadi agen penyuara perdamaian yang anti intoleran.
Perempuan, seperti sebuah kata mutiara yang berbunyi “Perempuan tiang negara, tiang keluarga, jika tiang ini rusak (moralitas), maka ambruklah negara dan keluarga”. Perempuan akan menjadi seorang Ibu bagi anak-anaknya, yang kelak akan mendidik dan mengayomi keluarganya, menjadi panutan disepanjang kehidupan. Juga yang melahirkan calon-calon pemimpin di negeri ini.
Seperti yang sudah kita ketahui betul bahwa seorang Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, dari pendidikan di sanalah, terlahir generasi-generasi penerus bangsa, segala pelajaran dan pengajaran seorang Ibu akan melekat sepanjang hayat seorang anak, maka itulah betapa pentingnya peran perempuan dalam kehidupan, pun dalam berbangsa dan bernegara.
Jika, sejak kecil setiap anak dikenalkan dan diajarkan tentang ke-Indonesiaan, bahwa kita harus bangga menjadi anak-anak yang lahir di bumi Indonesia, menumbuhkan rasa cinta dan hormat kepada negara, maka akan tumbuh tunas-tunas muda yang mencintai Indonesia.
Sehingga, jika rasa itu sudah tubuh dalam jiwa anak-anak, dapat menjadi perisai dalam menangkal paham-paham radikalisme dan terorisme yang mengincar kaum muda, bertujuan untuk memecah belah NKRI dengan dalih agama, yang hanya mengakui satu kaum saja.
Seorang tokoh kenamaan di Indonesia, Buya Hamka pun turut berbicara mengenai perbedaan “Perbedaan itu adalah rahmat Allah dan Allah tidak pernah memaksa untuk sama”
Penyebaran paham-paham radikalisme dan terorisme berusaha memecah belah kerukunan bangsa, menargetkan generasi muda sebagai sasarannya, karena memang generasi muda lah yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini.
Jika para lelaki dapat berjuang dengan fisiknya, maka perempuan dapat membentengi anak-anaknya dengan kasih sayang dan pehamanan tentang keislaman dan kebhinekaan yang sesungguhnya. Dalam bentuk bimbingan pada setiap kegiatan anak-anaknya di media sosial, memantau konten apa saja yang dikonsumsi di media sosial, mengarahkan dan memberi saran mengenai konten apa saja yang sebaiknya ditonton dan dikonsumsi, dan dengan seringnya mengobrol ringan atau bercerita bersama.
Selain kaum ibu, kaum perempuan muda, para remaja perempuan pun tak kalah penting dalam memainkan perannya dalam keutuhan dan perdamaian. Perempuan seringkali memiliki kelompok berteman atau berkumpul, menjadi anggota suatu organisasi di sekolah atau kampus, dan itu menjadi sebuah jalan sederhana namun efektif dalam menebar pesan-pesan anti-radikalisme dan anti-terorisme, sebab seringkali melalui obrolan ringan dan sederhana justru lebih membekas dan berkesan.