Malu merupakan salah satu cabang iman. Maka remaja yang tidak memiliki sifat ini patut dipertanyakan keimanannya. Loh, koq bisa? Bisa, karena sifat malu dapat memotivasi pemiliknya untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Di sebuah ruang ujian, seorang pelajar yang tertangkap basah menyontek lalu petugas menegurnya seraya mengambil soal ujiannya dan menyuruhnya keluar dari ruangan tersebut. Wajah pelajar tersebut merah padam saat perbuatannya diketahui seisi ruangan dan melangkah ke luar ruangan dengan kepala tertunduk dalam.
Sikap tubuh pelajar tersebut menunjukkan bahwa dia sangat malu. Mungkin malu terhadap dirinya, namun terlebih lagi malu pada seisi ruangan tersebut. Jika saja rasa malu ini tertanam kuat dalam diri pelajar tersebut sejak dini maka ia akan berusaha menghindari perbuatan dosa seperti menyontek yang akan menjatuhkan harga dirinya sekaligus menghancurkan masa depannya.
Awalnya mungkin pelajar tersebut melakukan hal itu karena takut malu jika tidak lulus ujian. Nah, gimana supaya gak malu dan gak malu-maluin? Kalau takut malu seharusnya ia lebih mempersiapkan diri dengan belajar sungguh-sungguh agar rasa malu yang dikhawatirkan tersebut tidak menjadi kenyataan. Setuju?
Allah SWT mencintai rasa malu dan ketertutupan sehingga ia menutupi aurat Adam dan Hawa selagi di surga. Namun iblis coba mencabut rasa malu dari hati-hati mereka, maka terbukalah aurat keduanya. Ketika pada percobaan pertama sukses, lalu iblis pun bertekad melakukan hal serupa pada anak cucu Adam dan Hawa, baik laki-laki maupun perempuan.
“Sebaik-baik wanita adalah wanita yang menutup auratnya dan menjadikan malu sebagai tamengnya.”
Terutama bagi kaum perempuan, perintah untuk menutup aurat sangat ditekankan karena pada dasarnya perempuan memiliki rasa malu yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Sesuai fitrahnya tersebut maka Allah memerintahkan kepada para perempuan untuk menutup auratnya agar terhindar dari berbuat dosa dan maksiat. Perintah ini juga dimaksudkan untuk menjaga harga diri wanita serta melindungi kehormatannya.
Jangan takut gak dapat kerjaan apalagi jodoh, karena semua itu sudah diatur oleh Allah, manusia hanya diminta untuk berikhtiar. Banyak loh perempuan muslim yang sukses dalam karirnya. Untuk jodoh, yakinlah akan satu hal bahwa wanita baik-baik hanya untuk pria baik-baik pula. Jadi, jangan galau lagi ya buat yang masih jomblo, hehe…..
Lalu bagaimana dengan remaja muslimah yang masih berbuat dosa dan maksiat padahal ia telah menutup aurat? Berarti niatnya menutup aurat bukan didasari oleh rasa malunya. Bisa juga karena kadar keimanannya masih kurang sehingga mudah terbujuk godaan syaithan.
Jika ia menutup aurat karena didasari oleh rasa malunya maka hal ini akan menguatkan imannya dan bersungguh-sungguh menjaga kehormatannya sehingga ia akan berusaha sebisa mungkin agar terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Malu berhijab atau malu berbuat dosa, hayoo?? “Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum(negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Buah dari rasa malu adalah ‘iffah atau menjaga kehormatan. Orang yang memiliki rasa malu senantiasa akan berusaha menjaga kehormatan dirinya. Seorang koruptor melakukan tindakan korupsi karena berbagai hal. Namun yang pasti bukan didasari oleh rasa malunya. Jika berdasarkan rasa malu, maka mustahil ia akan berani melakukan perbuatan tersebut.
Artinya rasa malu sudah mati dalam diri seorang koruptor. Yang berarti juga kadar keimanannya yang patut dipertanyakan, karena rasa malu merupakan salah satu indikator keimanan seseorang. Jika rasa malu telah hilang maka seseorang cenderung akan berbuat semaunya tanpa mempertimbangkan kehormatannya apalagi memikirkan kepentingan orang lain.
Oleh karena itu, berbanggalah jika masih memiliki rasa malu. Terutama sebagai remaja muslim yang mencintai negerinya. Tentu kita tidak ingin negeri kita hancur karena banyak penduduknya yang mulai kehilangan rasa malu. Generasi muda yang memiliki rasa malu akan mampu menjunjung tinggi kehormatan bangsanya dan insyaa Allah dapat menyelamatkan negerinya dari kehancuran. Amiin ya rabbal ‘alamiin. /(Sri Wahyuningsih)